Selasa, 31 Desember 2013
Senin, 30 Desember 2013
Senin, 04 Februari 2013
JAMBU METE
Jambu mete atau jambu
monyet berasal dari brazil, tersebar di daerah tropik dan ditemukan pada
ketinggian antara 1-1.200 m dpl. Jambu mete akan berbuah lebih baik di daerah
beriklim kering dan curah hujan kurang dari 500 mm per tahun. Tanaman ini dapat
tumbuh di segala macam tanah, asalkan jangan ditanah lempung yang pekat dan
tergenang air.
Sifat dan Khasiat
Kulit kayu berbau lemah, rasanya kelat dan alam kelamaan menimbulkan rasa tebal di lidah. Khasiatnya sebagai pencahar, astringen dan memacu aktivitas enzim pencernaan (alteratif).
Kulit kayu berbau lemah, rasanya kelat dan alam kelamaan menimbulkan rasa tebal di lidah. Khasiatnya sebagai pencahar, astringen dan memacu aktivitas enzim pencernaan (alteratif).
Daun berbau aromatik, rasanya kelat, berkhasiat antiradang dan penurunan kadar
glukosa darah (hipoglikemik). Biji berkhasiat sebagai pelembut kulit dan
penghilang nyeri (analgesik). Tangkai daun berfungsi sebagai pengelat daan akar
berkhasiat sebagai pencahar (laksatif).
Sebagai Obat Radang Tenggorokan
Cuci 5 buah semu jambu mete sampai bersih, lalu parut. Tambahkan 4 sendok makan air masak dan 2 sendok makan madu sambil diaduk rata. Peras ramuan tersebut, lalu saring. Gunakan air saringannya untuk berkumur (langsung ditelan), sehari 3 kali, masing-masing 2 sendok makan.
Cuci 5 buah semu jambu mete sampai bersih, lalu parut. Tambahkan 4 sendok makan air masak dan 2 sendok makan madu sambil diaduk rata. Peras ramuan tersebut, lalu saring. Gunakan air saringannya untuk berkumur (langsung ditelan), sehari 3 kali, masing-masing 2 sendok makan.
Sebagai Obat Sariawan
Cuci segenggam daun muda dan sepotong kulit kayu jambu mete sampai bersih, lalu rebus dalam 1 liter air sampai mendidih (selama 15 menit). Setelah dingin saring dan air saringannya siap untuk diminum. Pengobatan dilakukan sehari 2-3 kali, masing-masing 1 gelas. Air rebusan tersebut juga dapat digunakan untuk berkumur-kumur.
Cuci segenggam daun muda dan sepotong kulit kayu jambu mete sampai bersih, lalu rebus dalam 1 liter air sampai mendidih (selama 15 menit). Setelah dingin saring dan air saringannya siap untuk diminum. Pengobatan dilakukan sehari 2-3 kali, masing-masing 1 gelas. Air rebusan tersebut juga dapat digunakan untuk berkumur-kumur.
Selasa, 29 Januari 2013
ENAM RAMBU MENGKONSUMSI HERBA UNTUK KANKER
Pengobatan herba pun harus mengikuti tata cara agar berjalan sesuai harapan, aman dan efektif.
Rupanya herba dalam bentuk ramuan, jamu, bubuk maupun bentuk lain merupakan salah satu pengobatan tradisional yang paling banyak dilirik dalam pengobatan kanker. Situs http://www.CancerHelpUK.com menyebutkan, pengkonsumsinya mencapai 60% dari seluruh penderita kanker di seluruh dunia atau setiap 6 dari 10 penderita.
Dari jumlah tersebut, banyak yang pengobatannya lancar dan berhasil sembuh, namun ada juga yang hasil pengobatannya tidak sesuai harapannya. Ada beberapa kasus yang dialami oleh beberapa orang, sebut saja Pradi Shinta (27 tahun bukan nama sebenarnya) yang berdomisili di Semarang. Ia menyayangkan timbulnya Kristal-kristal batu di ginjal Sang Ayah. Sejak didiagnosa kanker usus besar stadium 3B enam bulan lalu, ayah Shinta memang rajin minum bubuk kunyit putih (Curcuma mangga) dan sari buah mengkudu (Morinda Citrifolia). Dokter menduga, Kristal-kristal itu muncul karena herba yang diminum ayahnya. Sementara Risha (34 tahun, bukan nama sebenarnya) dari Semarang, merasa terlena dengan penampilan sehat Ivan, suaminya sehingga lupa memantau efektivitas ramuan herba yang diminum. Ivan seperti tidak sakit dan mengaku tubuhnya lebih nyaman sejak minum ramuan itu, jadi tetap diteruskan. Tahu-tahu Ivan batuk hebat, muntah darah dan kritis. Ternyata sel kankernya sudah menyebar dengan cepat dari stadium 2A ke stadium 4.
Menurut Dr. Arijanto Jonosewojo, SpPD, Kepala Poliklinik Pengobatan Komplementer dan Alternatif RS Dr Soetomo Surabaya, ada banyak factor yang membuat pengobatan herba tidak berjalan sesuai harapan. Umumnya, keadaan tersebut disebabkan kurangnya pemahaman pasien mengenai tata cara mengkonsumsi herba.
Dari jumlah tersebut, banyak yang pengobatannya lancar dan berhasil sembuh, namun ada juga yang hasil pengobatannya tidak sesuai harapannya. Ada beberapa kasus yang dialami oleh beberapa orang, sebut saja Pradi Shinta (27 tahun bukan nama sebenarnya) yang berdomisili di Semarang. Ia menyayangkan timbulnya Kristal-kristal batu di ginjal Sang Ayah. Sejak didiagnosa kanker usus besar stadium 3B enam bulan lalu, ayah Shinta memang rajin minum bubuk kunyit putih (Curcuma mangga) dan sari buah mengkudu (Morinda Citrifolia). Dokter menduga, Kristal-kristal itu muncul karena herba yang diminum ayahnya. Sementara Risha (34 tahun, bukan nama sebenarnya) dari Semarang, merasa terlena dengan penampilan sehat Ivan, suaminya sehingga lupa memantau efektivitas ramuan herba yang diminum. Ivan seperti tidak sakit dan mengaku tubuhnya lebih nyaman sejak minum ramuan itu, jadi tetap diteruskan. Tahu-tahu Ivan batuk hebat, muntah darah dan kritis. Ternyata sel kankernya sudah menyebar dengan cepat dari stadium 2A ke stadium 4.
Menurut Dr. Arijanto Jonosewojo, SpPD, Kepala Poliklinik Pengobatan Komplementer dan Alternatif RS Dr Soetomo Surabaya, ada banyak factor yang membuat pengobatan herba tidak berjalan sesuai harapan. Umumnya, keadaan tersebut disebabkan kurangnya pemahaman pasien mengenai tata cara mengkonsumsi herba.
Supaya pengobatan herba berjalan aman dan efektif pastikan memahami rambu-rambunya, di antaranya, seperti berikut ini;
1. Jangan dipukul rata
Harus, diakui, penderia kanker yang menjalani pengobatan herba tanpa konsultasi pada dokter atau herbalis jumlahnya tidak sedikit. Sebagian dari mereka mengadaptasi herba berdasarkan kesaksian orang atau kepercayaan terhadap efektivitas herba tertentu yang beredar di masyarakat.
Padahal herba yang cocok bagi orang lain belum tentu cocok bagi kita. Sebab, meskipun jenis kankernya sama, namun kondisi setiap orang bisa berbeda-beda. Hal ini membuat keputusan memilih dan mengkonsumsi herba tidak bisa dipukul rata.
Selain itu, Dr Henry Naland, SpB(K) Onk, ahli kanker yang menjabat Ketua Perhimpunan Kedokteran Timur (PDPKT) mengingatkan, dalam bentuk tradisional belum ada studi klinis yang membuktikan bahwa suatu herna terbukti menghambat atau mematikan kanker sama efektifnya dengan obat medis.
Pendapat ini dibenarkan oleh Dr. Arijanto. Penelitian terhadap herba di Indonesia umumnya masih sebatas uji pre-klinis (percobaan terhadap binatang) atau pengamatan kasus per kasus. Dengan demikian, dosis, efek serta efektivitas herba pada setiap penderita bisa bervariasi.
Padahal herba yang cocok bagi orang lain belum tentu cocok bagi kita. Sebab, meskipun jenis kankernya sama, namun kondisi setiap orang bisa berbeda-beda. Hal ini membuat keputusan memilih dan mengkonsumsi herba tidak bisa dipukul rata.
Selain itu, Dr Henry Naland, SpB(K) Onk, ahli kanker yang menjabat Ketua Perhimpunan Kedokteran Timur (PDPKT) mengingatkan, dalam bentuk tradisional belum ada studi klinis yang membuktikan bahwa suatu herna terbukti menghambat atau mematikan kanker sama efektifnya dengan obat medis.
Pendapat ini dibenarkan oleh Dr. Arijanto. Penelitian terhadap herba di Indonesia umumnya masih sebatas uji pre-klinis (percobaan terhadap binatang) atau pengamatan kasus per kasus. Dengan demikian, dosis, efek serta efektivitas herba pada setiap penderita bisa bervariasi.
2. Cermati klaim “mengobati”
Agar bisa disebut obat atau mengobati herba harus lolos uji klinis terlebih dahulu. Sementara hingga saat ini, jumlah herba yang sudah di uji klinis kemudian diisolasi menjadi obat medis dan diberikan dalam kemoterapi masih sangat terbatas. Di antaranya vincristine, vinblastine, vindesine, venorelbin (dibuat dari tapak darah) dan taxol (pacific yew).
Namun di media massa, kita sering menjumpai herba tertentu yang diklaim “mengobati kanker’ tanpa menjelaskan secara rinci apa peranannya. Menurut C. Leight Broadhust, PhD dalam tulisannya yang berjudul “How Do Plants Help Prevent Cancer” (Herbs for Health, Januari 2000), herba yang disebut mengobati ini belum tentu mampu membunuh sel kanker.
Bisa saja, mereka lebih berperan menyuplai antioksidan (kunyit, daun basil, bawang putih, jamur shiitake, reishi, maitake, dsb), menghambat perkembangan sel kanker (lidah buaya, kecambah, jintan, tapak dara, keladi tikus), meningkatkan stamina (gingseng, jahe) atau melindungi hati dari kerusakan akibat penggunaan obat jangka panjang sekaligus mengurangi efek samping terapi seperti mual, muntah, dan tidak nafsu makan (lidah buaya, temulawak).
Jadi herba-herba tersebut bekerja secara tidak langsung, dengan cara meningkatkan system pertahanan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik inilah yang ikut menghambat perkembangan sel kanker dan lebih tepat disebut membantu mengobati.
Namun di media massa, kita sering menjumpai herba tertentu yang diklaim “mengobati kanker’ tanpa menjelaskan secara rinci apa peranannya. Menurut C. Leight Broadhust, PhD dalam tulisannya yang berjudul “How Do Plants Help Prevent Cancer” (Herbs for Health, Januari 2000), herba yang disebut mengobati ini belum tentu mampu membunuh sel kanker.
Bisa saja, mereka lebih berperan menyuplai antioksidan (kunyit, daun basil, bawang putih, jamur shiitake, reishi, maitake, dsb), menghambat perkembangan sel kanker (lidah buaya, kecambah, jintan, tapak dara, keladi tikus), meningkatkan stamina (gingseng, jahe) atau melindungi hati dari kerusakan akibat penggunaan obat jangka panjang sekaligus mengurangi efek samping terapi seperti mual, muntah, dan tidak nafsu makan (lidah buaya, temulawak).
Jadi herba-herba tersebut bekerja secara tidak langsung, dengan cara meningkatkan system pertahanan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik inilah yang ikut menghambat perkembangan sel kanker dan lebih tepat disebut membantu mengobati.
3. Konsultasi, wajib!
Oleh sebab itu, langkah pertama yang harus dilakukan sebelum mengkonsumsi herba adalah konsultasi terlebih dahulu. Untukl berkonsultasi mengenai herba, pastikan anda membawa hasil diagnose, lengkap dengan pemeriksaan laboratorium yang ada.
Hasil diagnose merupakan pertimbangan untuk menentukan apakah seorang pasien perlu diberi herba sebagai terapi utama atau pendukung, termasuk jenis herba yang paling sesuai dengan kondisi dan gejala yang ada. Sementara pemeriksaan laboratorium bermanfaat untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan (kontraindikasi) antara herba dengan kondisi tubuh pasien. Misalnya, jika memiliki gangguan ginjal atau hati, dokter akan mempertimbangkan herba apa yang paling aman. Pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain kadar asam urat, gula darah, fungsi hati, ginjal dan sebagainya.
Setelah mendapat saran mengenai herba yang perlu dikonsumsi pasien, jangan lupa untuk menanyakan beberapa hal berikut ini:
a. Bagaimana kondisi kesehatan pasien, apakah memungkinkan untuk mengkonsumsi herba?
b. Bagaimana cara kerja herba tersebut?
c. Apakah herba yang bersangkutan akan berpengaruh terhadap obat lain yang sedang dikonsumsi, dan
Hasil diagnose merupakan pertimbangan untuk menentukan apakah seorang pasien perlu diberi herba sebagai terapi utama atau pendukung, termasuk jenis herba yang paling sesuai dengan kondisi dan gejala yang ada. Sementara pemeriksaan laboratorium bermanfaat untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan (kontraindikasi) antara herba dengan kondisi tubuh pasien. Misalnya, jika memiliki gangguan ginjal atau hati, dokter akan mempertimbangkan herba apa yang paling aman. Pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain kadar asam urat, gula darah, fungsi hati, ginjal dan sebagainya.
Setelah mendapat saran mengenai herba yang perlu dikonsumsi pasien, jangan lupa untuk menanyakan beberapa hal berikut ini:
a. Bagaimana kondisi kesehatan pasien, apakah memungkinkan untuk mengkonsumsi herba?
b. Bagaimana cara kerja herba tersebut?
c. Apakah herba yang bersangkutan akan berpengaruh terhadap obat lain yang sedang dikonsumsi, dan
bagaimana cara aman mengkonsumsinya?
d. Berapa lama efeknya akan muncul?
e. Berapa lama herba tersebut dikonsumsi dan kapan harus dihentikan (baik untuk sementara maupun seterusnya)?
d. Berapa lama efeknya akan muncul?
e. Berapa lama herba tersebut dikonsumsi dan kapan harus dihentikan (baik untuk sementara maupun seterusnya)?
4. Pantau Efeknya secara teratur
Namanya juga usaha, pengobatan herba juga sama seperti ilmu pengobatan medis dan komplementer lainnya, yaitu tidak bersifat pasti. Menurut Dr. Willie Japaries, MARS, dokter yang mendalami herba untuk kanker, ada kalanya herba yang dikonsumsi tidak cocok dan harus diganti dengan herba lain yang lebih efektif, atau justru harus dihentikan sama sekali.
Untuk mengukur efektivitasnya, berikut ini beberapa cara yang harus dilakukan secara teratur;
a. Buat jurnal harian
Catat herba apa saja yang dikonsumsi, pukul berapa herba tersebut dikonsumsi, seberapa dosisnta dan amati reaksinya. Jika tubuh merasa lebih enak, teruskan pengobatan. Namun apabila ada keluhan seperti sakit kepala, mulut kering, muntah, diare atau sakit perut ringan, kurangi dosis hingga separuhnya. Bila gejala mereda naikkan dosisnya secara bertahap dalam 2-3 hari sampai dosis biasa. Namun bila gejala sangat mengganggu, segera hentikan dan konsultasi ke dokter.
b. Periksa fungsi hati dan ginjal
Hati dan ginjal merupakan organ yang berperan menyaring racun. Konsumsi maupun interaksi herba dengan obat kimia yang tidak tepat dapat menyebabkan fungsinya terganggu. Untuk menghindari efek yang tidak diinginkan, periksa fungsi hati (SGOT atau SGPT) dan ginjal (ureum, kreatinin) setiap bulan.
Bila hasilnya melebihi normal, hentikan dulu konsumsi herba selama 3 hari, kemudian ulang lagi pemeriksaan poin-poin yang hasilnya abnormal tersebut. Herba bisa dikonsumsi lagi saat hasilnya sudah normal. Tapi kalau tingkat abnormalitasnya terlalu tinggi (mencapai 3x angka standar normal) dan pada pemeriksaan ulang tidak turun, segera hentikan konsumsi herba dan konsultasikan ke dokter.
c. Periksa perkembangan sel kanker
Pada kanker payudara, perkembangan sel kanker bisa diamati secara kasat mata dengan mengukur diameter dan bentuk peradangannya. Pengamatan ini bisa dilakukan setiap hari.
Secara lebih mendalam, periksa kadar hemoglobin (Hb), sel-sel darah putih (leukosit), trombosit (pembeku darah). Bila perlu, tes yang bermanfaat melihat perkembangan sel kanker seperti tes CA 153 (penanda kanker), CEA (carcynoembryonic antigen) dan MCA (Mucinlike Cancer-associated Antigen) juga dapat dilakukan. Tes-tes laboratorium ini sebaiknya dilakukan sebulan sekali, terlebih bila herba digunakan sebagai terapi alternative.
a. Buat jurnal harian
Catat herba apa saja yang dikonsumsi, pukul berapa herba tersebut dikonsumsi, seberapa dosisnta dan amati reaksinya. Jika tubuh merasa lebih enak, teruskan pengobatan. Namun apabila ada keluhan seperti sakit kepala, mulut kering, muntah, diare atau sakit perut ringan, kurangi dosis hingga separuhnya. Bila gejala mereda naikkan dosisnya secara bertahap dalam 2-3 hari sampai dosis biasa. Namun bila gejala sangat mengganggu, segera hentikan dan konsultasi ke dokter.
b. Periksa fungsi hati dan ginjal
Hati dan ginjal merupakan organ yang berperan menyaring racun. Konsumsi maupun interaksi herba dengan obat kimia yang tidak tepat dapat menyebabkan fungsinya terganggu. Untuk menghindari efek yang tidak diinginkan, periksa fungsi hati (SGOT atau SGPT) dan ginjal (ureum, kreatinin) setiap bulan.
Bila hasilnya melebihi normal, hentikan dulu konsumsi herba selama 3 hari, kemudian ulang lagi pemeriksaan poin-poin yang hasilnya abnormal tersebut. Herba bisa dikonsumsi lagi saat hasilnya sudah normal. Tapi kalau tingkat abnormalitasnya terlalu tinggi (mencapai 3x angka standar normal) dan pada pemeriksaan ulang tidak turun, segera hentikan konsumsi herba dan konsultasikan ke dokter.
c. Periksa perkembangan sel kanker
Pada kanker payudara, perkembangan sel kanker bisa diamati secara kasat mata dengan mengukur diameter dan bentuk peradangannya. Pengamatan ini bisa dilakukan setiap hari.
Secara lebih mendalam, periksa kadar hemoglobin (Hb), sel-sel darah putih (leukosit), trombosit (pembeku darah). Bila perlu, tes yang bermanfaat melihat perkembangan sel kanker seperti tes CA 153 (penanda kanker), CEA (carcynoembryonic antigen) dan MCA (Mucinlike Cancer-associated Antigen) juga dapat dilakukan. Tes-tes laboratorium ini sebaiknya dilakukan sebulan sekali, terlebih bila herba digunakan sebagai terapi alternative.
5. Saat operasi dan kemoterapi
Ada beberapa herba yang sebaiknya tidak dikonsumsi saat pasien menjalani operasi dan kemoterapi, karena berisiko memicu efek samping. Berikut yang harus diwaspadai:
1. Saat Operasi
Hindari herba yang bersifat mengencerkan darah seperti ginko biloba dan bawang putih, karena berisiko menimbulkan pendarahan. Penggunaan bawang putih sebagai bumbu masak selama 2 minggu pertama setelah operasi pun sebaiknya dihindari dulu.
2. Selama Kemoterapi
Jangan minum herba yang dosisnya belum diketahui dengan pasti, karena justru dapat menurunkan daya tahan tubuh. Salah satu herba yang sebaiknya dihindari saat menjalani kemoterapi adalah tapak dara karena beresiko mengurangi jumlah sel darah putih.
1. Saat Operasi
Hindari herba yang bersifat mengencerkan darah seperti ginko biloba dan bawang putih, karena berisiko menimbulkan pendarahan. Penggunaan bawang putih sebagai bumbu masak selama 2 minggu pertama setelah operasi pun sebaiknya dihindari dulu.
2. Selama Kemoterapi
Jangan minum herba yang dosisnya belum diketahui dengan pasti, karena justru dapat menurunkan daya tahan tubuh. Salah satu herba yang sebaiknya dihindari saat menjalani kemoterapi adalah tapak dara karena beresiko mengurangi jumlah sel darah putih.
6. Jangan abaikan terapi medis
Selama belum ada standarisasi, penggunaan herba dalam pengobatan kanker memang harus ekstra hati-hati. Mengenai hal ini pun, Dr Arijanto maupun Dr Henry Naland sepakat agar konsumsi herba tetap disertai pengobatan medis.
Berdasarkan studi kasus, Dr Henry Naland mengamati pasien yang mengkonsumsi herba dengan disertai terapi medis seperti bedah, radiasi, kemoterapi atau terapi hormone, umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dan kekambuhannya berkurang. Penelitian mengenai efektivitas terapi herba bila dikonsumsi bersama tindakan medis juga pernah dimuat di International Journal of Oriental Medicine (1992). Dalam journal itu, seorang peneliti bernama Guan-ting Wan menyatakan bahwa tingkat kesembuhan pasien yang mengkonsumsi herba antikanker dan herba yang berperan meningkatkan system imun mempunyai tingkat kesembuhan lebih tinggi daripada yang tidak mengkonsumsi. Persentasenya mencapai 41,2% (selama 3 tahun ke depan), dan 30,4% (selama 5 tahun ke depan).
Pengobatan herba sebagai terapi alternative sebaiknya dilakukan bila pasien memiliki kondisi khusus, termasuk sebagai terapi paliatif. Misalnya, kankernya beresiko tinggi bila dibedah, atau pasien berada dalam stadium tertentu. Dalam keadaan semacam itu, herba bisa menjadi terapi utama. Yang penting, penggunaanya harus tetap dikontrol oleh dokter. (Sumber: Nirmala).
Berdasarkan studi kasus, Dr Henry Naland mengamati pasien yang mengkonsumsi herba dengan disertai terapi medis seperti bedah, radiasi, kemoterapi atau terapi hormone, umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dan kekambuhannya berkurang. Penelitian mengenai efektivitas terapi herba bila dikonsumsi bersama tindakan medis juga pernah dimuat di International Journal of Oriental Medicine (1992). Dalam journal itu, seorang peneliti bernama Guan-ting Wan menyatakan bahwa tingkat kesembuhan pasien yang mengkonsumsi herba antikanker dan herba yang berperan meningkatkan system imun mempunyai tingkat kesembuhan lebih tinggi daripada yang tidak mengkonsumsi. Persentasenya mencapai 41,2% (selama 3 tahun ke depan), dan 30,4% (selama 5 tahun ke depan).
Pengobatan herba sebagai terapi alternative sebaiknya dilakukan bila pasien memiliki kondisi khusus, termasuk sebagai terapi paliatif. Misalnya, kankernya beresiko tinggi bila dibedah, atau pasien berada dalam stadium tertentu. Dalam keadaan semacam itu, herba bisa menjadi terapi utama. Yang penting, penggunaanya harus tetap dikontrol oleh dokter. (Sumber: Nirmala).
Daun Jambu Biji (Psidii folium)
PSIDII FOLIA
Penyakit yang dapat Diobati :
Penyakit yang dapat Diobati :
Pemanfaatan :
1. Diabetes Mellitus
Bahan:
1 buah jambu biji setengah masak.
Cara membuat: buah jambu biji dibelah menjadi empat bagian dan direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi, dan sore.
2. Maag
Bahan:
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi, dan sore.
2. Maag
Bahan:
8 lembar daun jambu biji yang masih segar.
Cara membuat: direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 3 kali sehari, pagi, siang, dan sore.
3. Sakit Perut (Diare dan Mencret)
Bahan:
Cara membuat: direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 3 kali sehari, pagi, siang, dan sore.
3. Sakit Perut (Diare dan Mencret)
Bahan:
5 lembar daun jambu biji, 1 potong akar, kulit dan batangnya.
Cara membuat: direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari pagi dan sore.
4. Sakit Perut atau Diare pada Bayi yang Masih Menyusu
Bahan:
Cara membuat: direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari pagi dan sore.
4. Sakit Perut atau Diare pada Bayi yang Masih Menyusu
Bahan:
jambu biji yang masih muda dan garam secukupnya.
Cara menggunakan: dikunyah oleh ibu yang menyusui bayi tersebut, airnya ditelan dan ampasnya dibuang.
5. Masuk Angin
Bahan:
Cara menggunakan: dikunyah oleh ibu yang menyusui bayi tersebut, airnya ditelan dan ampasnya dibuang.
5. Masuk Angin
Bahan:
10 lembar daun jambu biji yang masih muda, 1 butir cabai merah, 3 mata buah asam, 1 potong gula kelapa, garam secukupnya.
Cara membuat: semua bahan tersebut direbus bersama dengan 1 liter air sampai mendidih kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari.
6. Beser (Sering Kencing) Berlebihan
Bahan:
Cara membuat: semua bahan tersebut direbus bersama dengan 1 liter air sampai mendidih kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari.
6. Beser (Sering Kencing) Berlebihan
Bahan:
1 genggam daun jambu biji yang masih muda, 3 sendok bubuk beras yang digoreng tanpa minyak (sangan = Jawa).
Cara membuat: kedua bahan tersebut direbus bersama dengan 2,5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas kemudian disaring.
Cara menggunakan: diminum tiap 3 jam sekali 3 sendok makan.
7. Prolapsisani
Bahan:
Cara membuat: kedua bahan tersebut direbus bersama dengan 2,5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas kemudian disaring.
Cara menggunakan: diminum tiap 3 jam sekali 3 sendok makan.
7. Prolapsisani
Bahan:
1 genggam daun jambu biji, 1 potong kulit batang jambu biji.
Cara membuat: direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: Air ramuan tersebut dalam keadaan masih hangat dipakai untuk mengompres selaput lendir poros usus (pusar) pada bayi.
8. Sariawan
Bahan:
Cara membuat: direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: Air ramuan tersebut dalam keadaan masih hangat dipakai untuk mengompres selaput lendir poros usus (pusar) pada bayi.
8. Sariawan
Bahan:
1 genggam daun jambu biji, 1 potong kulit batang jambu biji.
Cara membuat: direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari.
9. Sakit Kulit
Bahan:
Cara membuat: direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari.
9. Sakit Kulit
Bahan:
1 genggam daun jambu biji yang masih muda, 7 kuntum bunga jambu biji.
Cara membuat: ditumbuk bersama-sama sampai halus.
Cara menggunakan: untuk menggosok bagian kulit yang sakit.
10. Obat Luka Baru
Bahan:
Cara membuat: ditumbuk bersama-sama sampai halus.
Cara menggunakan: untuk menggosok bagian kulit yang sakit.
10. Obat Luka Baru
Bahan:
3 pucuk daun jambu biji.
Cara membuat: dikunyah sampai lembut.
Cara menggunakan: ditempelkan pada bagian tubuh yang luka agar tidak mengelurkan darah terus menerus.
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA: buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin, dan vitamin.
Kandungan buah jambu biji (100 gr): kalori 49 kal, vitamin A 25 SI, vitamin B1 0,02 mg, vitamin C 87 mg, kalsium 14 mg, hidrat arang 12,2 gram, fosfor 28 mg, besi 1,1 mg, protein 0,9 mg, lemak 0,3 gram, dan air 86 gram.
Cara membuat: dikunyah sampai lembut.
Cara menggunakan: ditempelkan pada bagian tubuh yang luka agar tidak mengelurkan darah terus menerus.
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA: buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin, dan vitamin.
Kandungan buah jambu biji (100 gr): kalori 49 kal, vitamin A 25 SI, vitamin B1 0,02 mg, vitamin C 87 mg, kalsium 14 mg, hidrat arang 12,2 gram, fosfor 28 mg, besi 1,1 mg, protein 0,9 mg, lemak 0,3 gram, dan air 86 gram.
Langganan:
Postingan (Atom)